Pt Gudang Garam Tbk
Rabu, 12 Oktober 2016
Saham Gudang Garam Tetap Rebound Tanpa Aksi Korporasi
\Saham Gudang Garam Tetap Rebound Tanpa Aksi Korporasi\
Ilustrasi. (Foto: Reuters)
JAKARTA - Pergerakan saham-saham di sektor konsumsi (consumer) memang akan diprediksikan akan tetap menguat. Lihat salah satu emiten perusahaan rokok terbesar di Indonesia, yakni PT Gudang Garam Tbk (GGRM)."Harga saham GGRM masih oke. Sektornya juga," ungkap Research Departement PT Asjaya Indosurya Securities, William Surya Wijaya kepada Okezone, di Jakarta, Senin (10/2/2014).
BERITA REKOMENDASI
IHSG Melemah, Lirik Menu Saham yang Layak Dibeli
Awal Pekan, Lirik Menu Saham ala MNC Securities
Terus Meningkat, Empat Saham Ini Direkomendasikan Buy
Pergerakan saham GGRM memang cukup memukau pada pekan lalu. Pada awal pekan, Senin 3 Februari, saham ini ditutup di level Rp41.750. Selanjutnya, pada Jumat 7 Februari, saham ini berada di level Rp43.900.Diakui William, sektor-sektor consumer menjadi salah satu pendongkrak laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal ini pun berlaku pada emiten consumer lainnya, yakni PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI)"Termasuk MAPI, saham-saham pendukung IHSG juga seperti finance, perkebunan, infrastruktur, dan properti," kata dia.Kendati demikian, pergerakan saham GGRM sedang mengalami penurunan dan membuat perusahaan ini tidak akan mengambil aksi korporasi. "Sepanjang pengetahuan saya GGRM belum ada aksi koorporasi. Lebih ke arah rebound karena penurunan yang cukup dalam sebelumnya," imbuhnya.Menurut William, GGRM akan sama halnya seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang termasuk dalam jajaran saham penyeimbang ketika Indeks mengalami penurunan.
(wdi)
Produksi Rokok Gudang Garam Terganggu Letusan Gunung Kelud
JAKARTA - Emiten produsen rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) menyatakan, jika erupsi Gunung Kelud yang berada di Kediri, Jawa Timur, mengganggu operasional pabriknya.
"Dampak letusan yang disertai abu dan debu vulkanik tersebut mengakibatkan gangguan fasilitas perseroan yang berlokasi di Kediri, sehingga tidak dapat berproduksi secara maksimal," jelas Corporate Secretary Gudang Garam Heru Budiman dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (18/2/2014).
• Gudang Garam Bagikan Dividen Rp2.600 per Lembar
Dia menjelaskan, jika Gunung Kelud sendiri berjarak sekira 38 kilometer (km) dari pabrik perseroan. Dia melanjutkan, gangguan produksi di Kediri tersebut untuk sementara digantikan dengan peningkatan produksi dari sentra-sentra produksi perseroan di berbagai lokasi.
"Sehingga diharapkan tidak mengganggu pasokan dan distribusi produk perseroan," jelas dia.
Dia melanjutkan, dampak menyeluruh dan kerugian perseroan akibat letusan Gunung Kelud saat ini masih dalam proses estimasi dan perhitungan.
Gudang Garam Bagikan Dividen Rp2.600 per Lembar
Jurnalis
KEDIRI - PT Gudang Garam Tbk, yang merupakan pabrik rokok terbesar di Kediri, Jawa Timur, telah menetapkan serta membagikan dividen sebesar Rp2.600 per saham, lebih besar ketimbang tahun buku 2014 yang dibagikan sebesar Rp800 per lembar saham.
"Dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) untuk tahun buku 2015 telah disetujui dan mengesahkan neraca dan perhitungan laba rugi perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2015. Rapat juga telah menerima baik laporan direksi mengenai jalannya perseroan," kata Direktur PT Gudang Garam, Tbk, Heru Budiman, dalam RUPS di Kediri, Selasa.
Ia mengatakan, dalam laporan tersebut juga telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Siddharta Widjaja dan rekan yang sudah dipertanggungjawabkan ke direksi dan anggota dewan komisaris perseroan.
Dalam RUPS tersebut, telah ditetapkan dan dibagikan dividen tunai untuk tahun buku 2015, yaitu Rp5.002.628.800.000 sebagai dividen, sehingga besar dividen yang diterima masing-masing pemegang saham adalah Rp2.600 per lembar saham.
Kegiatan RUPS itu digelar di salah satu hotel di Kota Kediri yang diikuti jajaran direksi serta para pemegang saham. Kegiatan rapat tersebut berlangsung di ruangan khusus pada hotel tersebut.
[Baca juga: Bayar Cukai, Gudang Garam Tarik Pinjaman Rp9 Triliun]
Heru mengungkapkan, sebenarnya dividen yang didapat oleh PT Gudang Garam, Tbk, Kediri setiap tahun cukup bagus.
Bahkan, sejak 2014 keuntungan perusahaan juga menunjukkan peningkatan dibanding 2013, namun perusahaan masih melakukan belanja modal yang cukup banyak, yang menyebabkan level utang meningkat.
"Tahun 2014 sebagai penghujung dan itu terlihat bahwa ada kenaikan si suku bunga pinjaman, dan itu membuat kami menahan pembayaran dividen," ujarnya.
Namun, ia mengatakan saat ini program pembelanjaan barang modal sudah selesai, sehingga pada 2016 diputuskan dividen yang diberikan ditingkatkan hingga level Rp2.600 per lembar saham.
Dalam rapat tersebut juga telah menunjuk kantor akuntan publik Sidharta Widjaja dan rekan sebagai auditor perseroan untuk tahun buku 2016.
PT Gudang Garam, merupakan salah satu pabrik rokok terbesar di Kediri dan Indonesia. Setiap tahun, pabrik ini memproduksi rokok hingga 78,6 miliar batang pada 2015 dari beragam jenis produk baik sigaret kretek tangan serta mesin.
Gudang Garam Catat Pendapatan Rp36,96 Triliun
JAKARTA - PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatat laba bersih perseroan mengalami pertumbuhan. Adapun pertumbuhan laba di per Semester I ini adalah Rp467 miliar atau sekira 19,44 persen.
Melansir keterbukaan yang diterbitkan perseroan di Jakarta, laba bersih Gudang Garam naik dari Rp2,40 triliun menjadi Rp2,86 triliun. Kenaikan laba ini, tidak terlepas oleh kenaikan laba per saham perseroan dari Rp1.249 menjadi Rp1.491.
Adapun pendapatan perseroan, mengalami peningkatan sebesar Rp3,73 triliun. Pendapatan Gudang Garam pada enam bulan awal 2016 ini tercatat Rp36,96 triliun dari sebelumnya Rp33,22 triliun. Meski demikian, perseroan tetap mencatat kerugian kurs sebesar Rp12,25 miliar.
Di sisi lain, total utang perseroan juga mengalami kenaikan menjadi Rp27,67 triliun dari sebelumnya Rp25,49 triliun. Utang tersebut, terdiri dari utang jangka pendek yang naik ke Rp26,12 triliun dari Rp24,04 triliun, dan utang jangka panjang sebesar Rp1,54 triliun dari sebelumnya Rp1,45 triliun.
Sedangkan untuk aset, tercatat mengalami pertumbuhan tipis dari Ro63,50 triliun dari Rp63,52 triliun. Adapun aset lancar perseroan tahun ini, sebesar Rp42,44 triliun dengan aset tidak lancar sebesar Rp21,08 triliun.
Harga Rokok Naik Jadi Rp 50 Ribu, Ini Kata Menperin
Direktor Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tengah mengkaji usulan kenaikan harga rokok menjadi Rp 50 ribu per bungkus.
Liputan6.com, Jakarta - Direktor Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tengah mengkaji usulan kenaikan harga rokok menjadi Rp 50 ribu per bungkus. Namun rencana ini perlu pertimbangan lebih matang sebelum direalisasikan.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, selama ini produk rokok mampu memberikan penerimaan yang besar bagi negara melalui cukai. Oleh sebab itu, perlu adanya pertimbangan yang matang jika wacana ini benar-benar akan direalisasikan.
"Rokok itu salah satu source (sumber) cukai terbesar. Selain itu banyak yang terlibat di situ, bukan hanya industri tapi petani dan pedagang," ujar dia di Jakarta, Senin (22/8/2016).
Setiap tahun jumlah penerimaan cukai dari rokok terus mengalami peningkatan. Namun hal ini bukan lantaran industrinya terus tumbuh. Sebab faktanya saat ini jumlah industri rokok terus mengalami penurunan. "Penerimaan cukai tiap tahun meningkat, tapi jumlah pemainnya (industri rokok) mengecil," kata dia.
BACA JUGA
• 4,7 Juta Buruh Terancam PHK Bila Harga Rokok Naik Jadi Rp 50 Ribu
• Tarif Cukai Rokok Terendah di Dunia, Ini Pembelaan Pemerintah
• Harga Rokok Naik Jadi Rp 50 Ribu, Picu PHK dan Produk Ilegal
Oleh sebab itu, lanjut Airlangga, wacana kenaikan harga termasuk kenaikan cukai rokok juga harus memperhatikan dampaknya terhadap industri. Terlebih lagi industri ini mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.
"Kenaikan cukai ini juga harus memperhatikan industri SKT (sigaret kretek tangan) yang kecil-kecil. Petani tembakau juga sudah banyak dipekerjakan di sini," tandas dia.
Sebelumnya, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengakui, kesehatan menjadi salah satu alasan utama pemerintah untuk menaikkan harga rokok. Namun, pemerintah tetap harus memikirkan dampak lainnya, salah satunya jumlah pekerja dan petani di sektor industri hasil tembakau.
"Buruh setuju pertimbangan kesehatan menjadi prioritas, tetapi setiap kebijakan pemerintah harus komprehensif. Yang juga harus mempertimbangkan soal ketenagakerjaan," ujar dia di Jakarta, Senin (22/8/2016).
Said menilai, jika harga rokok naik terlampau besar maka akan membuat penjualan produk tersebut menurun. Kemudian industri rokok akan mengurangi produksinya yang berlanjut ke langkah efisiensi.
Jika hal ini terjadi, maka industri juga akan melakukan efisiensi pada sektor tenaga kerja atau melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, bertambahnya lebih 800 ribu orang miskin dan naiknya pengangguran, menaikkan harga ini akan menambah pengangguran baru," jelas Said.
Dia memperkirakan, kenaikan harga ini akan mengancam 4,7 juta buruh di industri rokok. Selain itu, juga masih ada 1,2 juta petani tembakau yang menggantungkan hidupnya dari hasil perkebunan ini.
"Ini akan menimpa 4,7 juta buruh industri rokok dan 1,2 juta petani tembakau. Apakah pemerintah sudah menyiapkan lapangan kerja yang baru dan kebijakan diversifikasi baru buat petani tembakau?," tandas dia.
(Dny/Gdn)
Pengusaha Nilai Kenaikan Harga Rokok Berpotensi PHK
Ilustrasi Industri Rokok
Liputan6.com, Jakarta Pengusaha menilai menaikkan harga rokok tanpa pertimbangan akan berpengaruh pada industri dan tenaga kerja. Harga rokok yang mahal akan menimbulkan potensi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Rokok, Tembakau, Makanan dan Minuman (FSP RTMM) Sudarto mengatakan, bila kenaikan itu tidak didasari dengan pertimbangan dan riset yang jelas akan memukul industri dan para tenaga kerja.
BACA JUGA
• Cukai Rokok Naik, Pengusaha Yakin Ada PHK
• Cukai Naik, Pabrik Rokok Terancam Gulung Tikar
• Cukai Naik, Industri Rokok Dihantam Rokok Ilegal
“Pasalnya, pada kenaikan cukai sebesar 11,7 persen saja sudah terjadi pengurangan tenaga kerja sebanyak 32.279 orang pada kurun waktu 2012 sampai 2015. Apalagi bila dinaikkan sampai Rp 50 ribu harga per bungkus rokok, tentu kenaikan cukai berkali-kali lipat besarnya,” kata Sudarto dalam keterangannya, Senin (22/8/2016).
Para tenaga kerja tersebut datang dari industri kretek yang merupakan industri padat karya. Ditambah, mayoritas dari mereka berpendidikan rendah.
“Sehingga ketika dirumahkan, mereka tak mampu bersaing dan bekerja di industri lain. Dan ini sangat berbahaya,” jelasnya.
Seperti yang diketahui, riset kenaikan harga rokok menjadi Rp 50 ribu dikeluarkan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM – UI). Riset itu memicu kekhawatiran dari industri, tenaga kerja, dan petani.
Sudarto meminta, seharusnya riset mencari jalan keluar yang bijak, bukan menyudutkan pihak-pihak tertentu. Dalam riset juga harus dicari jalan keluar.
“Bila akibat riset itu banyak yang dirumahkan, siapa yang mau bertanggung jawab,” terang Sudarto.
Selain tenaga kerja, hal lain yang diakibatkan atas dampak kenaikan harga Rp 50 ribu adalah semakin banyaknya beredar rokok ilegal. Hingga saat ini, kata Sudarto, jumlah rokok ilegal berada di angka lebih dari 11 persen.
“Nantinya, tentu yang akan dirugikan adalah pemerintah karena penerimaan cukai akan turun,” ucapnya.
I Ketut Budiman Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI) mengatakan, riset yang dilakukan oleh orang yang kontra rokok tentu akan membuahkan ketidakadilan.
“Fokus mereka kan kesehatan, tapi bagaimana dengan tenaga kerja dan petani, apakah mereka pikirkan?” katanya.
Budiman menegaskan, saat ini produksi cengkeh di Indonesia sekitar 100 ribu sampai 110 ribu ton per tahun. Lebih dari 90 persen diserap oleh industri rokok.
“Dan sekitar 94 persen diserap oleh industri rokok. Jika nanti industri itu terganggu akibat kenaikan harga ini, mau di kemanakan hasil cengkeh ini?” lanjutnya.
Belum lagi jumlah petani cengkeh di Indonesia mencapai 1 juta orang. Bila produksi mereka terganggu, lanjutnya, tentu akan mendatangkan masalah baru.
“Alangkah lebih baik bila riset seperti itu digunakan untuk solusi yang tepat. Jangan berat sebelah tanpa memperhatikan kehidupan orang lain,” tuturnya.
Sementara itu, Sekjen Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gappri) Hasan Aoni Aziz menegaskan, industri tidak terpengaruh dengan isu tersebut,
“Sebab kami yakin pemerintah tidak akan menaikkan harga secara semena-mena. Jadi isu mengenai kenaikan harga rokok menjadi Rp 50 ribu per bungkusnya itu kami anggaphoax,” ujarnya.
Hingga kini Kementerian Keuangan belum keluarkan kebijakan dan sedang dalam proses konsultasi dengan berbagai pihak.`
Menakar Prospek Saham Gudang Garam
Ilustrasi Tembakau (iStockphoto)
Liputan6.com, Jakarta - PT Gudang Garam Tbk (GGRM) berpeluang mampu mempertahankan kinerja keuangan positif pada 2016. Rata-rata harga penjualan menjadi salah satu faktor positif untuk mendukung kinerja keuangan di tengah tekanan industri rokok.
Analis menilai PT Gudang Garam Tbk membukukan kinerja di atas harapan pada kuartal I 2016. Tercatat, laba tumbuh 32,09 persen menjadi Rp 1,69 triliun hingga kuartal I 2016 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,28 triliun. Pertumbuhan pendapatan menopang laba perseroan. Pendapatan naik 12,56 persen menjadi Rp 17,99 triliun.
Dalam riset PT Sinarmas Sekuritas 2 Mei 2016, Analis PT Sinarmas Sekuritas Wilbert menuturkan kenaikan rata-rata harga penjualan perseroan yang diperkirakan 12 persen-15 persen mampu mengimbangi volume penjualan turun 5,9 persen pada kuartal I 2016. Harga tembakau rendah dan harga jual tinggi mendorong margin kotor perseroan. Margin laba kotor tumbuh 23,7 persen.
Selain itu, Wilbert menilai perseroan juga tetap mengembangkan bisnisnya untuk memperkuat merek. Hal ini ditunjukkan dari biaya operasional tumbuh 30 persen, dan kontribusi terbesar berasal dari iklan dan promosi yang melonjak 48,8 persen secara year on year.
BACA JUGA
• Gudang Garam Raup Pendapatan Rp 70,36 Triliun
• Siap-siap, Produsen Ini Bakal Naikkan Harga Rokok
• Gudang Garam Kantongi Pendapatan Rp 65 Triliun
Dalam riset PT Samuel Sekuritas 9 Mei 2016, Analis PT Samuel Sekuritas Akhmad Nurcahyadi menuturkan pihaknya optimistis kinerja keuangan perseroan tetap positif pada 2016 di tengah volume penjualan stagnan. "Rata-rata harga penjualan akan menjadi salah satu kunci berlanjutnya kinerja laba positif perseroan," ujar Akhmad dalam risetnya seperti ditulis Rabu (18/5/2016).
Namun, perseroan akan menghadapi sejumlah tantangan pada 2016. Akhmad menuturkan, rencana penerapan tarif cukai tinggi dan bungkus rokok sebagai salah satu objek pajak yang dapat membebani kinerja laba. Akhmad menilai, sejumlah produsen juga telah menyesuaikan harga jual untuk menjaga marjin seiring kenaikan beban.
Akhmad memperkirakan PT Gudang Garam Tbk akan meraih penjualan menjadi Rp 74,92 triliun dan laba bersih sekitar Rp 6,54 triliun pada 2016.
Dengan melihat kondisi itu, Akhmad merekomendasikan beli dengan target harga saham Rp 77.150. Target harga saham itu mencerminkan price earning (PE) 22,68 kali denganprice book value (PBV) 3,45 kali pada 2016. Wilbert juga merekomendasikan beli dengan target harga saham Rp 77.500 pada 2016. Valuasi saham itu mencerminkan 23,2 kali PE.
Pada penutupan perdagangan saham Selasa 17 Mei 2016, saham PT Gudang Garam Tbk berada di level Rp 7.300 per saham. (AhmNdw)
Langganan:
Postingan (Atom)